Huwah, seminggu lebih kaga ngepost tau-tau gue udah jadi maba aja nih yang bentar lagi OSKM. hah ? apaan tuh OSKM, anggep ae OSKM itu ospeknya di ITB (cie ITB) yang kepanjangannya Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa dan acara yang katanya adalah pesta kaderisasi terbesar ini bakal gue ikutin beberapa hari lagi mulai 20 hingga 22 agustus 2015.
Di Pra OSKM ini para maba dapet tugas, salah satunya bikin tulisan tentang pengaplikasian ilmu fakultasnya. Nah fakultas gue ini namanya FTI, Fakultas Teknologi Industri. Gue mau share tugas gue nih, semoga bermanfaat
Peran FTI Sebagai Pelopor Teknologi
Hijau
dalam Pembangunan Industri
Berkelanjutan
Industri
Hijau
Industri
hijau adalah industri yang efisien dan efektif dalam menggunakan sumber daya
secara berkelanjutan serta dapat mensinergikan pembangunan industri lingkungan
hidup. Kementerian Perindustrian bahkan telah menetapkan industri hijau dalam
salah satu tujuan pembangunan industri dengan mencamtumkannya dalam
Undang-Undang nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Berbagai kebijakan internasional
telah diberlakukan banyak negara berkaitan dengan teknologi hijau antara lain :
Green Labelling yang berkaitan erat
dengan pemenuhan standar pada berbagai produk. Beberapa negara yang menerapkan
green label antara lain Malaysia, European Union (EU), Canada, Korea, Australia
dan Hongkong; Implementasi standar lingkungan yang ketat diberlakukan di
berbagai perusahaan di Uni Eropa. Seperti standar gas buang kendaraan dan
limbah-limbah cair industri yang sangat berbahaya bagi ekosistem terdampak terus
diperketat; serta Green Procurement,
yaitu ebijakan pengadaan barang yang mensyaratkan pelestarian lingkungan,
seperti bahan baku kayu harus berasal dari penebangan legal dan minimalisasi
penggunaan air.
Faktor
Penghambat Industri Hijau
Beberapa
faktor penyebab belum berkelanjutanya kegiatan
industri adalah pertama tingkat
penaatan yang masih rendah. Hampir semua zona dan kawasan industri tidak luput
dari kasus pencemaran. Dalam kaitan dengan penaatan lingkungan (environmental compliance) kinerja
industri-industri bisa dikelompokkan kedalam reaktif, proaktif dan
pre-emtif. Reaktif adalah melakukan
penanggulangan setelah limbah itu keluar atau dibuang. Proaktif jika Perusahaan
melakukan penanggulangan dan pencegahan sejak tahapan bahan baku, proses
produksi sampai produk itu dibuang atau tidak dipergunakan lagi. Pre-emtif
merupakan bentuk kebijakan dimana spirit lingkungan telah inherent atau menyatu dalam perilaku seluruh karyawan. Diantara
ketiga kelompok tersebut sebenarnya terdapat industri yang tidak melakukan
apa-apa atau yang disebut do nothing.
Rendahnya kesadaran lingkungan kalangan industri dipicu oleh faktor ekonomi,
dimana pengelolaan lingkungan dipandang akan menambah beban biaya produksi.
Pada giliranya dikawatirkan akan mengurangi keunggulan kompetitif. Faktor kedua adalah lemahnya penegakan hukum. Sejak
Pemerintah mengadopsi pembangunan berkelanjutan diintegrasikan dalam kebijakan
pembangunan, berbagai peraturan perundang-undangan termasuk yang berkaitan
dengan kegiatan dunia usaha diberlakukan. Namun demikian penegakan peraturan
dimaksud masih lemah.
Fakta
di Lapangan
Dokumentasi Pribadi : Limbah Industri Makanan di Daerah Palur, Karanganyar, Jawa Tengah. 2 April 2015 |
Revolusi
industri mendorong pertumbuhan industri manufaktur dalam skala besar seringkali
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan juga membawa dunia kepada kondisi
krisis cadangan energi. Keadaan tersebut membuat dunia sadar dan sebagai
konsekuensinya para ahli bekerja keras untuk terus melakukan pengembangan dan
penerapan teknologi hijau disegala bidang untuk menghasilkan produk hijau yang
ramah lingkungan.
Terlepas
dari UU nomor 3 tahun 2014, pada kenyataannya Kementerian Perindustrian masih
terfokus pada beberapa industri saja dalam penetapan standar industri hijau
seperti : industri
tekstil, ubin keramik, semen, baja, serta pulp dan kertas. Kendati pemerintah telah menerbitkan katalog bahan baku ramah
lingkungan untuk industri tekstil, ubin keramik, dan makanan; pedoman umum dan
teknis konservasi energi dan pengurangan emisi gas CO2; panduan teknis untuk
studi kelayakan implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi CO2; dan
panduan pengolahan limbah cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta panduan
produksi bersih, masih saja banyak industri yang berorientasi pada faktor
ekonomi dan tidak ada feedback
terhadap apa yang telah pemerintah berikan.
Fakultas Teknologi Industri Sebagai Solusi
Disiplin
ilmu dalam Fakultas Teknologi Industri (FTI) tentu akan sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan diatas. Melalui riset dan pengkajian industri hijau,
sejatinya FTI yang akan memberi peran besar. Kebijakan Internasional diatas
merupakan segelintir aspek yang dipelajari dan diaplikasian dari ilmu yang
dipelajari di fakultas ini. Program studi (Prodi) dalam FTI memiliki peranannya
masing-masing, namun prodi-prodi ini perlu bersinergi untuk mencapai target
bahkan melampauinya.
Manajemen
Rekayasa Industri (MRI) mampu menyelesaikan tuntutan Green Labelling melalui inovasi-inovasi produk yang berkelanjutan
dalam produksinya. Inovasi ini juga diselaraskan dengan Teknik Kimia (TK)
selama proses produksi, mulai bahan baku optimalisasi proses dan quality control sehingga standar
Internasional tersebut tercapai.
Teknik
Kimia mampu membuat sebuah inovasi dalam permasalahan output yang merugikan
lingkungan melalui minimalisasi proses yang dapat menghasilkan banyak limbah. Apabila dirasa kurang, pembuatan Waste Water Treatment Plant (WWTP) melalui
disiplin ilmu Teknik Kimia akan memberikan kontribusi tinggi dalam output hijau
produksi. Misalnya, Bioreaktor dalam menangani limbah industri makanan yang
notabene memiliki kandungan BOD (Biologycal
Oxygen Demand) tinggi sehingga perlu dilakukan aerasi sistem
dengan metode submersible aeration maupun floating aeration. Dalam pembuatan
Bioreaktor ini, Teknik Kimia dan Teknik Fisika akan berkolaborasi. Perancangan
proses alir dan rute pengolahannya akan di handle
oleh Teknik Kimia sehingga jadilah sebuah container dengan bentuk dan organ
tertentu sedangkan instrumentasi penunjang Bioreaktor ini akan dibuat oleh
Teknik Fisika sehingga satu sistem ini terbentuk dan bekerja sempurna.
Akhirnya, komponen limbah akan “dimakan” seiring dengan injeksi mikroba aerob
maupun anaerob tertentu. Parameter-parameter limbah akan memenuhi baku
mutu seiring berkurangnya kadar BOD, COD (Chemical
Oxygen Demand),TOM (Total Organic
Matter) serta volume limbah sehingga implementasi standar lingkungan dapat
tercapai.
Poin
terakhir yaitu kebijakan pengadaan barang yang mensyaratkan pelestarian
lingkungan. Sebelum pembukaan lahan produksi, tentu kalkulasi-kalkulasi telah
dilakukan melalui disiplin ilmu Teknik Industri. Mereka bertanggung jawab
terhadap manajemen dan tata kelola termasuk pengadaan dana pelestarian
lingkungan pasca produksi.
Setelah
ketiga poin standar Internasional tersebut terpenuhi, alhasil para teknokrat
FTI telah mampu merealisasikan industri hijau melalui ilmu-ilmu di program studi masing-masing yang bersinergi.
Bahan rujukan :
·
M. Nasikin, Riset untuk mendukung realisasi
industri hijau melalui
kepemilikan teknologi oleh anak bangsa, Unness
Press, 2014.
·
Hadi, Sudharto P, Menuju Industri Hijau, Unness
Press, 2014.
·
Hatta, Gusti Muhammad, Lityabangsa untuk mendukung
industri hijau,
Unness Press, 2014.
·
Diskusi dengan Muhammad Abdurrokhim, Teknik Kimia
ITS.
Komentar
Posting Komentar