Sumber : Econotimes Mungkin beberapa hari yang lalu sebuah berita mengenai kebijakan Departemen Energi Amerika yang diliput oleh Econotimes membuat kaget bagi para netizen . Namun di kalangan akademisi atau energy anthusiast momen ini sudah dapat diprediksi sejak kebijakan Presiden Amerika, Donald Trump, pada 1 Juni 2017 untuk hengkang dari perjanjian "hijau" Paris Climate Conference yang diadakan di Paris pada akhir 2015 silam. Perjanjian yang telah ditandatangani 195 negara, termasuk Indonesia, menetapkan sebuah aksi global untuk menempatkan dunia pada jalur yang tepat agar terhindar dari perubahan iklim yang ekstrim dengan membatasi pemanasan global di bawah 2 o C. Banyak kata kunci pada perjanjian ini, yang paling utama yaitu mengurangi dan menekan laju emisi gas rumah kaca (GHK). Yang mengejutkan dari berita tersebut tidak lain ialah langkah Amerika ke depan untuk memerangi energi terbarukan, bukan malah memelihara dan melanjutkan para pejuang energi hijau. ...