Langsung ke konten utama

Paris Diary: Road to Paris [Visa & Flight Ticket]

Sebelum bercerita mengenai kegiatan selama di Paris, mungkin ada perlunya saya rincikan persiapan dokumen sebelum berangkat serta pengeluaran baik yang ditanggung penyelenggara maupun saya sendiri. Karena kegiatan ini merupakan hadiah sebuah lomba, seharusnya saya tidak mengeluarkan sepeser pun untuk akomodasi maupun konsumsi selama persiapan maupun perlombaan. Namun ternyata tetap ada pengeluaran di depan meskipun akan tergantikan nantinya.

Pengeluaran pertama yaitu pembuatan visa. Pengalaman pertama mengurus visa sendiri, padahal saya adalah tipe orang yang suka skip. Sebenarnya undangan dari IEA sudah terbit sejak tanggal 10 Februari 2018, yang artinya saya sudah bisa mengurusnya jauh-jauh hari. Karena memang harus mencari informasi sendiri, dan tanya sana-sini, ternyata semua sudah terangkum di website https://fr.tlscontact.com/id/jkt/index.php?l=id yang ternyata adalah Visa Schengen, alias visa yang dapat digunakan sekaligus untuk negara-negara Schengen di Eropa. 

Dokumen yang saya persiapkan waktu itu
1. Invitation letter dari IEA
2. Ticket booking
3. Hotel booking
4. Paspor
5. Polis asuransi
6. Akta dan KK
7. FC buku tabungan
8. Schengen application form
9. Pas foto standar visa schengen 2 lembar

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu register dan melengkapi data personal di website tersebut. Setelah itu buat appointment untuk menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Appointment saya lakukan pada tanggal 7 Maret 2018, padahal sebelumnya sudah buat appointment tanggal 13 Maret tapi baru sadar kalau tanggal tersebut ada praktikum. Visa yang saya buat berupa privat visit karena untuk memenuhi undangan suatu lembaga, berbeda dengan visa turis yang biasanya ada persyaratan dana di rekening harus mencapai kurang lebih 80 juta rupiah.


Berkas pengajuan visa.


Dan benar saja pasti ada hal yang terlupa, terutama persiapan dengan banyak berkas seperti ini. Dua berkas yang belum saya urus sama sekali di H-1 yaitu surat keterangan mahasiswa dan rekening koran dengan rekomendasi dari pihak bank. Baru ingat waktu malamnya dan besok kereta pagi pukul 05.00 dari stasiun Bandung. Hopeless, ya sudah terpaksa surat keterangan mahasiswa saya gantikan dengan KTM dan rekening koran saya rencanakan dibuat setelah tiba di Jakarta karena appointment masih pukul 13.15 dan estimasi tiba di Jakarta puul 08.15. Syukurlah, rekening koran bisa dibuat di hari H tapi lumayan biayanya karena langsung di kantor cabang utama BNI Gambir, kena 300 ribu rupiah hahaha padahal BRI cuma 30.000. Setelah itu langsung menuju kantor TLS Contact di Gedung Menera Anugerah, Jakarta Selatan.

Dari informasi di website, biaya pengurusan visa Schengen adalah 58 euro atau sekitar satu juta. Namun ternyata, tagihan mencapai 1.460.000, rinciannya sebagai berikut

-Visa 990.000
-Admin 450.000
-Ongkos kirim paspor 110.000

Padahal ngirim Jakarta-Bandung pakai jasa pengiriman sehari sampai cuma 22.000, tapi ya sudah dari pada diambil sendiri kan. Sayangnya, dana ini tidak ditanggung dari pihak penyelenggara sehingga harus dari kantong pribadi. Belum termasuk ongkos PP Bandung-Jakarta dan rekening koran serta rekomendasinya, jadi kesimpulannya untuk pengurusan visa ini bisa disimpulkan sekitar 2 juta rupiah.



Kekurangan dokumen
Dan benar saja berkas surat keterangan mahasiswa jadi masalah dan nanti akan dihubungi pihak kedutaan apabila memang diperlukan atau bahkan ditolak hahaha. Panik dong. Akhirnya balik ke Bandung sore hari pukul 17.00 dengan perasaan was-was, takut kalau tidak diterima dan harus balik lagi.

Ah dasar skip, ada aja masalah lain yang akan datang. Yang ini benar-benar parah, super skip. Karena reschedule appointment yang sebelumnya tanggal 13 menjadi tanggal 7, saya lupa ternyata di akhir pekan, di antara tanggal tersebut saya punya jadwal yang cukup penting, yaitu menghadiri event Shell Eco Marathon Asia 2018 di Singapura. Event ini semacam perlombaan mobil hemat energi se-Asia, termasuk tim dari Indonesia yang ikut serta yakni: ITB, UI, dan ITS.

Sialnya, saya baru teringat agenda ini pada kamis malam, alias sehari setelah pengurusan visa which is paspornya dipakai untuk pengurusan visa yang bakal dioper ke kedutaan Prancis. Wah benar-benar panik dan ngatain diri sendiri saking gblk nya. Ya sudah lah akhirnya tiket pesawat dan hotel hangus hahaha



Tiket hangus
Setiap hari saya mantengin website TLS contact untuk sekedar follow up sudah sampai mana proses visa tersebut, takutnya ada informasi lebih lanjut dari berkas yang kurang.



Dan akhirnya setelah menunggu kurang lebih dua minggu, visanya jadi !! siap cus ke Prancis. Ternyata surat keterangan mahasiswa tidak penting untuk applicant seperti saya yang memiliki surat undangan dari suatu organisasi atau sejenisnya. Suratnya kuat hahaha



Keberangkatan ke Prancis dijadwalkan tanggal 10 April dan tiket ternyata baru keluar alias dibelikan pihak penyelenggara pada tanggal 5 April dengan pesawat yang kami tumpangi nantinya adalah Singapore Airlines, maskapai terbaik untuk rute CGK-CDG. Saya tidak mendapatkan invoice pembeliannya, namun saya coba lihat di website traveloka harganya berkisar 22,5 hingga 30 juta rupiah.








Tapi menurut saya harganya lebih dari yang ada di traveloka, karena ternyata untuk keberangkatan ini saya mendapatkan kelas ekonomi H yang bukan promo atau semacamnya, terlebih waktu check-in tidak pakai antri. Cukup kaget karena check-in bebarengan dengan penumpak belas business. Yah kirain dapet boarding pass business class juga hahaha




Yah seperti itulah persiapan perihal persiapan ke Prancis, saya memang tipe orang yang suka skip. Sepertinya perlu pendamping biar jadwal saya lebih tertata, terutama yang jago di bidang financial planning atau sejenisnya, JK.





Bandung,
5 Mei 2018

Komentar

Popular Posts

Cara Legal Download Jurnal Elsevier dengan Akun Email Universitas

Santos Ltd: Perusahaan Multinasional yang Menyokong Kebutuhan Gas di Indonesia

NUS Enterprise Summer Program: Mengenal Ekosistem Startup di Singapura [Proses Pendaftaran]